Kamis, 19 Mei 2011

DEMI IBUKU


          Apa pun itu asalkan untuk ibu, aku akan jalani dan menghadapinya. Meski  lautan api yang terbentang di hadapanku akan aku sebrangi asalkan demi ibu, karena ibu segalanya bagiku dan hidupku hanya untuk ibu. Begitulah komitmen gadis belia yang baru saja menyelesaikan studinya pada Sekolah Menengah Tingkat Atas.
          Luna demikian nama gadis itu, dibesarkan oelh ibunya seorang. Gadis yang baru berusia enama belas tahun ini tumbuh menjadi gadis cantik dan cerdas. Namun kecerdasannya tidak dapat digunakan lagi berhubung biaya tidak ada, Luna memaklumi penghasilan ibunya sebagai pedagang kaki lima yang tidak seberapa. Mana mungkin bias melanjutkan sekolahnya, justru dia lah harus bekerja membantu ibunya yang sudah sering mengeluh sakit pada pinggangnya.
           Gadis itu sangat menyayangi ibunya . ia tidak ingin menyusahkan ibunya. Kebahagiaan Luna saat ibunya pulang dari tempat jualannya, dan kumpul bersamanya di rumah yang sangat sederhana itu.
          Mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan enam kali lima meter. Rumah itu tidak layak disebut rumah sebab hanya terbuat dari bamboo dan tempelan kardus-kardus bekas. Tapi meskipun demikian kebahagiaan tetap terpancar di wajah kedua anak beranak ini.
          Ibunya tidak pernah mengenal lelah. Meskipun wanita yang sudah berusia lima puluh tahun ini merasakan sakit pada pinggangnya, ia akan selalu bersemangat hidup, sebab buah hatinya yang hanya seorang itu adalah motivasinya, dan obat rasa sakitnya. Ia harus hidup untuk anaknya, sebab hidup bersama putrinya merupakan kebahagiaan yang tiada terkirakan.
          Namun tiba-tiba rasa sakit di pinggangnya tak dapat ditahannya lagi. Ia merintih kesakitan. Luna yang lagi membuat sarapan mendengar suara rintihan ibunya dan dengan sigapnya gadis itu membawa ibunya ke rumah sakit.
          “Dok, bagaimana keadaan ibuku ? Ibu sakit apa dok?,” Tanya Luna khawatir, saat ibunya telah diperiksa dokter.
          “ Ibu anda menderita sakit ginjal, dia harus menjalani cuci dara,” dokter menjelaskan.
          Gadis ini tersentak kaget. “ Cu…ci…da…rah, “ ulang Luna terkesiap mendengar penjelasan dokter.
          “ Iya,” jawab dokter singkat.
          “ Tolong, penyakit ini jangan sampaiin ke ibu ya, dok, aku nggak mau ibu semakin sakit mikirin penyakitnya,” Luna mengingatkan dokter.
           “ Baiklah,” kata dokter, disertai anggukan kepala.
          “ Apakah penyakit ibu dapat disembuhkan ya, dok ?,” Tanya Luna prihatin.
          “ Kesembuhan itu hanya Tuhan yang tau. Kita manusia yang harus berusaha dan juga berdoa. Jika ibu adik rajin minum obat dan telaten memeriksakan diri ke dokter, mengapa tidak ? Asalkan jangan lupa berdoa juga, ya, dik,” dokter menjelaskan dengan ramah.
          Saat dokter berlalu dari ruang UGD, Luna menatap wajah ibunya yang pucat . kasihan ibu, sekarang beliau tak berdaya. Ibu sakit, tubuh ibu kurus dan lemah. Ibu tidak dapat beraktifitas lagi, apa yang dapat aku lakukan buat ibu yang selama ini telah berjuang untuk hidupku ? Aku seharusnya menjadi anak yang berbakti. Sekarang akulah yang mesti bekerja menggantikan posisi ibu, toh aku sudah tamat sekolah menengah atas, tentu aku bisa mencari pekerjaan dengan ijazah itu. Tapi apakah dengan ijazah terakhir yang aku miliki bisa mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan uang banyak ? Huuuh, mana ada, paling – paling yang bisanya cuman jaga toko atau cleaning service doang. Jadi gimana penyakit yang diderita ibu, tentunya penyakit itu butuh biaya yang tidak sedikit. Luna bertanya – tanya di hati. Pikirannya nelangsah.
          Uang yang selama ini di tabung ibunya di sebuah Bank, ternyata bisa membantunya membayarkan biaya rumah sakit tempat ibunya dirawat, sekaligus biaya obat ibunya dalam beberapa bulan ke depan. Dan juga untuk biaya kehidupan sehari – hari mereka. Gadis ini berharap semoga uangnya  itu baru habis saat dia sudah mendapatkan pekerjaan yang tepat.
           Dengan berbekal ijazah terakhirnya, Luna mencari pekerjaan. Namun tak satu pun yang menarik minatnya sebab gaji yang ditawarkan hanya di bawah targetntya sementara biaya berobat ibunya sangat mahal.
          Akhirnya pada suatu hari saat Luna lagi berjalan mencari kerja seperti biasanya, gaid ini bertemu dengan sahabat SMA-nya. Dia bernama Amelia. Melihat dari dandanan sahabatnya ini serta Honda Jazz yang dikendarainya, Luna jadi terkagum – kagum. Hebat banget Amel, sekarang sudah punya mobil mewah. Kerja apaan dia ? kita kan baru aja tamat SMA, dan keadaan ekonomiku dengan Amel tidak jauh berbeda, tapi kok sudah mapan kayak gini sih ? Luna berdialog dengan hatinya sambil berdecak kagum.
          “ Hebat kamu, Mel, “ memandang sahabatnya penuh takjub.
          “ Mari Lun, masuk, “ ajak cewek yang dipanggil Amel, kemudian membukakan Luna pintu mobil.
          “ Waw, nggak nyangka ya, eloe udah tajir kayak gini, “ Luna memuji Amel polos.
          “ Mana dandan eloe keren lagi, “ Luna lagi – lagi memuji
           Amel senyum saja sambil nyetir mobil dengan focus ke depan. Sesaat kemudian gadis itu membelokkan mobilnya di sebuah restorant mewah.
          “ Kita kemana Mel ?, “ Tanya Luna heran melihat tempat yang begitu indah.
          “ Lun, ini restorant langgananku lho, kita makan di sini ya, “ ajaknya pada Luna yang matanya  lagi jelajatan ke sana ke mari mirip maling.
          “ Mel, eloe tau nggak, gue itu pangling lho, liateloe tadi, “ kata Luna polos, saat makanan sudah tersaji di atas meja.
          Lagi – lagi Amel hanya menanggapi pujian Luna dengan senyuman.  Luna semakin penasaran dibuatnya, habis she senyum – senyum mulu.
          “ Mel, eloe itu, kerja di mana seh ? kok senyum mulu ?, atau cowok eloe yang tajir?, “
 tanya Luna pnasaran banget.
          “ Gue nggak punya pacar Lun, “ jawab Amel acuh tak acuh sambil memasukkan ayam goring di mulutnya.
          “ Jadi eloe seperti ini karena kerja ?, “ Luna semakin memburunya dengan pertanyaan.
          Amaleia hanya menjawab dengan anggukan.
           “ Mel, ajakin gue kerja di tempat eloe dong. Gue butuh duit buat emak gue. Beliau sekarang ini lagi sakit parah, dan sakitnya butuh duit banyak. Gue udah keliling nyari kerja dengan penghasilan yang banyak tapi nggak ketemu – ketemu juga, “ Luna menjelaskan dengan penuh semangat.
           “ Kalau eloe emang serius mau kerja dengan penghasilan gede, ada kok, eloe bisa ke alamat ini, Amel menyodorkan sebuah kartu namanya pada Luna.
         Pucuk di cinta ulam tiba. Kata hati Luna. “ Terima kasih, Mel. Besok sore gue ke tempat eloe, “ seru Luna semangat.
          “ Oke, sekarang gue anterin eloe pulang, ya, “ mereka pun lalu memasuki Honda Jazz itu. Dan mobil pun melesat pergi.
         Besok sore sesuai perjanjian, Luna mendatangi alamat yang diberikan Amelia. Ternyata tempat itu sebuah café yang bernuansa klasik. Café itu sangat mewah dan artistic. Tiba – tiba seorang gadis cantik menegur Luna. “ Mbak yang bernama Luna ?, “ tanya wanita itu lembut.
          Luna mengangguk membenarkan. Wanita itu pun mengantar Luna menemui Amel.
          “ Ya ampun, Lun, eloe cantik banget sore ini, “ seru Amel memandangi penampilan sahabatnya itu dari ujung kaki hingga ujung rambut.
          “ Masa sih, Mel ?, “ Luna bertanya pilon.
          “ Bener kok, eloe itu emang cantik kok, cuman nggak amu dandan aja, “ puji Amel nggak boong.
          “ Terima kasih, Mel. Eloe juga kok nggak kalah cantiknya dibandingin aku, “ puji Luna tulus.
           “ Eloe mau kerja kan ?, “  Amel langsung ke topic masalah.
          Luna mengangguk membenarkan.
          “ Baik, gue mau nawarin eloe pekerjaan, Lun, dengan penghasilan tiga juta per bulan,” Amel menjelaskan.
          Kontan aja bola mata Luna membesar bahkan pengen loncat ke luar. Mengapa tidak ? Gaji yang ditawarkan sahabatnya ini besar banget.
          “ Mau Mel…mau…,” seru Luna antusias.
          Melihat reaksi Luna yang optimis banget, gadis ini pun dengan mudah menyampaikan jenis pekerjaan yang akan ditawarkannya.
Tanpa basa basi, Amelia langsung menjelaskan.
          “ Kamu liat di setiap pojokan sana dan juga di bawah lampu remang – remang itu?,” Amelia menunjuk pada gadis – gadis yang lagi kencan sama bandot – bandot tua yang tajir, diikuti dengan edaran biji mata hitam Luna ke setiap penjuru.
          “ Seperti itulah pekerjaan yang aka eloe jalani, “ jelas cewek ini yang juga termasuk wanita prostitusi.
          “ Selain penghasilan yang eloe terima tiga juta per bulan, eloe juga akan diberi tip oleh pasangan eloe, itu kalau eloe pintar merayu pasangan. “ lanjut Amel menjelaskan.
          Luna terkesiap, matanya menatap nanar di depannya, tidak diduganya pekerjaan ini yang dimaksud Amel, sahabatnya. Ingin rasanya Luna berlari dari ruangan mewah ini, tapi bayangan ibunya  yang tak berdaya tiba – tiba melintas di hadapannya.
           Masa bodoh !! Demi ibuku, aku akan melakukannya. Begitu tekadnya.
          “ Baik, Mel, gue terima tawaran eloe, “ jawabnya mantap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar